Friday 10 July 2015

20 days, 4 countries, 6 cities


What did you do 1 year ago today? I went to Europe last year! Yap tepat setahun yang lalu, akhirnya mimpi itu jadi kenyataan. Super excited dan nervous banget!! Tahun lalu gw bersiap untuk terbang sekitar 7,000 miles meninggalkan comfort zone di Indonesia. I was on leave for almost 3 weeks. Beruntung banget gw punya kerjaan yang fleksibel dalam mengambil jatah cuti. Ketika anak-anak libur sekolah, gw bebas mau ambil cuti berapa lama dengan catatan kerjaan beres. Dari awal tahun gw udah diskusi dengan atasan mau ambil cuti panjang saat anak-anak libur, antara April / Juli tapi target nabung di bulan April belum rampung jadilah berangkat di bulan Juli. Kenapa di bulan Juli? Karena musim di sana cenderung lebih bersahabat, it's summer time! Saat musim panas di wilayah Eropa dan sekitarnya matahari tenggelam lebih lama. Jadi mau keliaran sampai malam rasanya masih aman selain itu dalam urusan packing akan lebih mudah dan ga ribet.

Bulan Juli kan bulan puasa, yakin jalan-jalan ke Eropa pas bulan puasa? Sebagai muslim, traveling ke Eropa di bulan juli bertepatan dengan bulan puasa menjadi tantangan tersendiri. FYI, matahari di sana baru benar-benar tenggelam sekitar jam 10 malam! Buka puasa sekitar jam setengah 10 malam, traweh sekitar jam 11 malam, dan sekitar jam setengah 2 pagi udah bangun sahur lagi jadi total lamanya waktu puasa di sana hampir 19 jam! Gw meyakinkan diri bahwa gw bisa mengatasi tantangan puasa hampir 19 jam. Puasa di negara orang yang bakal jadi tantangan terbesar adalah kangen keluarga. Biasanya tiap sahur dan buka bareng keluarga, selama beberapa minggu ke depan bakal sahur dan buka sendiri ga ada yang bangunin sahur, ga ada yang nemenin buka. Eh ini bukan kode yah! Siapa juga yang mau dikodein haha. Puasa di sana rasanya hampa, karena hampir ga pernah denger azan dan jarang ketemu orang yang sama-sama menjalankan ibadah puasa.

Sebelum berangkat, gw di antar oleh kedua ortu sampai bandara. Berpamitan dengan mereka untuk melihat dunia dari kacamata yang berbeda. Awalnya mereka menentang misi gw ini, bahkan nyokap gw bilang "Udah lah ga usah ngayal terlalu tinggi." Niat ortu gw sebenarnya baik, mereka ga mau gw kecewa jika mimpi itu ga jadi kenyataan. Mereka juga sebenarnya khawatir sama anak pertamanya ini traveling sendirian. "Nanti kamu di sana gimana sendirian? Kalo kenapa-kenapa ga ada yang bantuin." Gw meyakinkan mereka bahwa everything will be okay. Gw prepare banget sama pejalanan ini dan gw ga minta bantuan mereka secara finansial, gw hanya minta doa restu dan support dari mereka. Selama 2 bulan sebelum keberangkatan, mereka support gw bahkan untuk urusan visa mereka ikut bantu mempersiapkan dokumen-dokumen dan nemenin ke lokasi apply visanya. Saat belanja perlengkapan packing mereka pun bantu cari dan kasih pendapat.
konvensional
konvensional

 
My everything! This photo was taken before my departure to Kuala Lumpur

Sweet note from my little sister

Restu orang tua itu mujarap karena restu mereka persiapan perjalanan gw lancar tanpa hambatan. Pertama visa Schengen dan visa UK gw diterima. Kedua gw beruntung mendapatkan best-fare dari Malaysia Airlines dengan penerbangan multiple-city. Perjalanan di mulai dari Soekarno-Hatta International Airport (CGK) ke Amsterdam Airport Schiphol (AMS) dan berakhir di Charles de Gaulle Airpirt (CDG) Paris. Karena pesawat ini based-nya di Kuala Lumpur, jadi gw transit selama beberapa jam dulu di Kuala Lumpur. Di bulan Maret 2014, Malaysia Airlines baru tertimpa musibah. Pesawat penerbangan M370 dilaporkan menghilang. Keberadaannya sampai saat ini belum ditemukan. Tragedi itu ga membuat gw takut buat naik Malaysia Airlines, apalagi ini pertama kalinya gw naik full-board airlines biasanya naik budget airlines yang pas dikantong.

My ticket to Europe!

Perjalanan 20 hari ke 4 negara, 6 kota bawa apa aja? Seperlunya aja! Gw cuma membawa 1 backpack Deuter Fox 40L, 1 handbag buat jalan-jalan cantik, dan 1 money belt. Backpack isinya perlengkapan kita selama di sana, list lengkapnya bisa di cek di sini. Handbag isinya dokumen-dokumen penting dan amunisi buat perjalanan selama di pesawat. Untuk perjalanan kali ini gw sengaja beli money belt yang dipakai dipinggang dan ditutupin baju atasan. Takut bawa uang cash dalam bentuk Euro dan Poundsterling dalam dompet. Selama di sana gw bagi 3 dompet, 1 dompet biasa yang isinya uang budget per hari, 1 dompet kecil untuk simpan sisa-sisa recehan, dan 1 money belt untuk simpan uang dalam jumlah besar. Penggunaan money belt ini juga menghindari kita dari resiko kecopetan. Dompet di handbag isinya cuma jatah uang jajan harian jadi misalnya kecopetan yang hilang cuma jatah uang per hari. Untuk dokumen-dokumen penting dibuat fotokopinya dan disimpan di tiap-tiap tas.

 
My travel companion called Foxy Green
 
Security travelling pouch

Packingnya udah segitu doang? Sebenernya ada 1 tas lagi, tapi itu pun isinya makanan untuk host di Almere. Backpack gw 30 % isinya oleh-oleh buat para host yang baik hati. Jadi selama di sana gw mengandalkan host dari couchsurfing untuk menghemat biaya penginapan. Bayangin host gw di London ada yang nitip bandeng presto, saus sambal, sambal terasi, sambal gado-gado, sedangkan host yang di Almere karena emang orang Indo nitip abon sapi dan ikan asin! Apalah arti oleh-oleh dari gw dibandingkan kebaikan mereka yang dengan ikhlas mengizinkan gw nginep di rumah mereka gratisan. These good people that I met while solo backpacking in Europe and England for 20 days. I can't survive without them! 20 days, 4 countries, 6 cities, and more counting friends.


xoxo,
RIFKA

No comments:

Post a Comment