Thursday 9 July 2015

Dreams come true

"Happiness is making your dreams come true" - Jordan Dunn

Tahun lalu, satu per satu mimpi-mimpi gw terkabul. I'm an adventure person! Dari dulu selalu mimpi menginjakan kaki ke benua biru, mimpi banget bisa ke Inggris, mimpi banget bisa main ke kampung halamannya The Beatles dan Morrissey. Targetnya, lulus kuliah tahun 2011 langsung backpackeran mewujudkan mimpi-mimpi tersebut sebelum terjebak dengan rutinitas hidup (baca: kerja-pulang-kerja-pulang). Namun apa daya nasib fresh graduate kere ga memungkinkan untuk segera merealisasikannya. Setelah kerja niatnya nabung, pas udah kerja baru deh kerasa bahwa mengatur keuangan itu tidaklah mudah harus ada yang diprioritaskan dan harus ada yang dikorbankan. Ternyata susah menyeimbangkan antara nabung buat mengejar masa depan, nabung buat mengejar mimpi, atau hanya sekedar nabung untuk kesenangan sesaat.

Di pertengahan tahun 2013 baru akhirnya benar-benar membulatkan tekad untuk 'diet' dari segala hal pengeluaran ga perlu. Pelan-pelan mengurangi kebiasaan hedonisme dari mulai belanja, nonton ke bioskop atau sekedar nonton gigs, maupun nongkrong sana sini. Harus ada win-win solution dari semua permasalahan. Kebiasaan belanja baju disalurkan dengan belajar menjahit. Selama beberapa bulan gw jadi murid didik nyokapnya sahabat baik yang dengan senang hati mengajarkan gw yang buta pola bahkan buta bahan. Waktu itu lumayan hasil belajarnya jadi dress, celana, vest, dan kemeja hasil vermak. Kebiasaan nonton film-film box office ditahan sementara waktu, tunggu beberapa bulan lagi nanti juga BluRay-nya keluar. Nonton gigs tunggu updatean di youtube, mudah-mudahan ada yg upload. Kebiasaan nongkrong dibuat hemat dengan weekend yg diisi dengan latihan menjahit atau kalo pun nongkrong di rumah aja sambil beli cemilan dan rujakan, jauh lebih hemat dibanding keluar nongkrong di Cafe atau sekedar makan di Restaurant.

Gw sebagai cewek merasakan kebiasaan yang paling boros tiap bulan adalah buat perawatan dari ujung rambut sampe ujung kaki. Susah banget ngontrolnya, apalagi buat perawatan kulit ke dokter bisa habis sampai ratusan ribu sekali datang. Intinya semuanya itu butuh pengorbanan, menggapai impian pun butuh pengorbanan. Seorang teman baik, Putri Ariza, yang menjadi motivator buat mengejar mimpi ke Eropa selalu mengingatkan "Ganjarannya setimpal, Eropa! A lifetime experience!" She's my truly mentor! Dia gigih dan fokus buat mengejar mimpinya. Gw bersyukur punya teman macam 'penyake' ini, bersyukur dia punya nyokap yang jago jahit, bersyukur nyokapnya bersedia ngajarin gw latihan jahit dengan sogokan Qtella Balado dan cemilan asin lainnya. Kalo bukan karena dia, gw ga bakal berhasil 'diet' se-ketat ini dan berhasil mencontreng satu per satu Bucket List gw, MISSION ACCOMPLISHED!

Experience a world of wooden shoes at De Zaanse Schans, The Netherlands : checked!

Me and Royal Palace of Brussels : checked!

Morrissey's old house at 384 Kings Road Manchester : checked!

Visit Albert Dock, Liverpool : Checked!

Take a selfie at Parliament of the United Kingdom and London's iconic tower : checked!

Midnight in Paris : checked!

Besok tepat setahun perjalanan di mulai, perjalanan selama 20 hari menjelajahi Eropa Barat dan Inggris sendirian! Kenapa sendirian? Kenapa ga rame-rame? Pengennya sih ga sendirian, pengennya juga rame-rame. Tapi susah! Percaya deh satuin 2 kepala aja susah, apalagi rame-rame. Awalnya rencanain bareng Putri Ariza tapi ternyata kita beda itinerary, mau ga mau harus pisah. Karena perjalanan dia udah di mulai dari awal Juni 2014, sedangkan gw baru mulai tgl 10 Juli 2014. Dari dulu kita udah rencanain ke Eropa bareng, jadilah kita tetap bareng ke Eropa janjian 3 hari sebelum pulang ke Indonesia tgl 28 Juli 2014 di Paris. Kita udah pesen tiket pulang dengan penerbangan yang sama, walaupun ga berangkat bareng minimal pulangnya bisa bareng. 

20 hari, 4 negara, 6 kota. Perjalanan pertama solo backpacker dengan hasil tabungan sendiri ke luar negeri! Jangan pikir gw punya ortu tajir yang bisa bantu biayain traveling. Gw berasal dari keluarga sederhana, ortu gw boro-boro bisa ke luar negeri bisa naik haji waktu itu aja nabung dulu bertahun-tahun. Jangan mikir gw punya tabungan puluhan juta bisa traveling sampai Eropa dan Inggris. Gw punya tabungan dalam jumlah besar pun karena mau traveling. Sebelumnya tabungan selalu habis sebelum gajian dan keisi lagi setelah gajian. Tabungan gw bahkan ga sampai 20 juta saat apply visa Schengen dan visa UK. Aku mah apa atuh cuma karyawan biasa di sekolah internasional sebagai Library Assistant. Jangan ngira juga kalo gw punya pacar di sana. Waktu itu move on aja susah gimana mau cari pacar buat sponsorin traveling.

Takut ga sih traveling sendirian? Nabungnya berapa banyak? Sayang ga sih uangnya buat traveling? Sering banget nemuin pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Bahkan ada seorang teman gw yang bilang "Ga sayang tuh duitnya? Gw sih mendingan duitnya buat biaya nikah aja." Semua kembali ke prioritas masing-masing, mau takut dan ga pernah mencoba, mau nabung buat prioritas apa, mau apa yang dicari dari sebuah perjalanan. Secara pribadi gw takut buat solo traveling. Iyalah, pergi ke negara orang sendiri gimana ga takut. Prinsip gw simpel, if you never try you'll never know. Tujuan gw travling mencari pengalaman-pengalaman baru untuk melihat dunia lebih luas lagi. Pergi ke suatu tempat dan mencari sesuatu hal baru yang ga gw temukan di sini. And I did it!

"Twenty years from now you will be more disappointed by the things you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover." - Mark Twain


xoxo,
RIFKA


No comments:

Post a Comment